Oleh: Nadzifatun Nisa, S.Pd.
Bullying merupakan masalah yang terjadi di hampir setiap jenjang Pendidikan baik itu di sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah atas bahkan di perguruan tinggi sekali pun, penyebab dari bullying ini bisa terjadi karna status sosial, ekonomi ataupun Ras dan budaya. Disetiap instansi pendidikan hendaknya mengetahui keberadaan dan dampak bullying serta berusaha mencegah hal tersebut terjadi. Apabila kejadian bullying didiamkan atau masih terjadi, siswa akan rentan mengalami Tindakan bullying baik itu secara verbal ataupun non verbal dan akibatnya secara psikologis siswa dapat mengalami stress dan tidak berani bergaul dengan teman-teman yang lain.
Menurut Wiyani (2012:20) Bullying adalah suatu bentuk kekerasan anak (child abuse) yang dilakukan oleh teman sebaya kepada seseorang (anak) yang lebih “rendah” atau lebih lemah untuk mendapatkan keuntungan atau kepuasan tertentu. Sehingga pelaku bullying senang untuk melalukan bully kepada teman-temannya untuk mendapatkan kepuasan atau keuntungan dari mereka. Sedangkan korban bullying disini Menurut Rigby dan Muis (2009:51) korban bullying adalah sasaran penindasan atau yang lebih dikenal dengan istilah victims.
Dampak yang diakibatkan oleh tindakan ini pun sangat luas cakupannya. Remaja yang menjadi korban bullying lebih berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Adapun masalah yang lebih mungkin diderita anak-anak yang menjadi korban bullying, antara lain munculnya berbagai masalah mental seperti depresi, kegelisahan dan masalah tidur yang mungkin akan terbawa hingga dewasa, keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut dan ketegangan otot, rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah, dan penurunan semangat belajar dan prestasi akademis.
Faktor Penyebab terjadinya Bullying Menurut Ariesto (2009), faktor-faktor penyebab terjadinya bullying antara lain: (1) Keluarga Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah : orang tua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh stress, agresi, dan permusuhan. (2) Sekolah Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini. (3) Faktor Kelompok Sebaya, Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. (4) Kondisi lingkungan sosialKondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya perilaku bullying. (5) Tayangan televisi dan media cetak Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari segi tayangan yang mereka tampilkan.
Faktor lain yang merupakan faktor dominan yang merubah seseorang menjadi bully adalah kelompok bermain remaja. Faktor ini merupakan faktor yang muncul dan diadapsi ketika seorang individu tumbuh dan menjadi seorang remaja. Ketika remaja tidak memiliki pedoman dalam memilih kelompok bermain, remaja bisa jadi masuk ke dalam kelompok bermain yang mengarah pada kegiatan-kegiatan kenakalan remaja. Remaja merupakan individu dengan fase perkembangan psikologis di mana ia sangat membutuhkan pengakuan eksistensi diri. Kelompok bermain remaja yang menyimpang bisa jadi mencari pengakuan eksistensi diri dari menindas orang yang dirasa lebih lemah agar dia memiliki pengakuan dari lingkungannya bahwa ia memiliki keberanian dan kekuasaan.
Berikut adalah
hal-hal yang bisa dilakukan oleh kita sebagai pekerja sosial dengan remaja yang berperan sebagai konselor bagi remaja pelaku bullying (Lee, 2010).
·
Bicaralah dengan bully dan cobalah cari tahu mengapa
mereka merasa perlu berperilaku seperti itu.
·
Cari tahu apa yang mengganggu mereka atau apa yang memicu
tingkah laku tersebut
·
Pastikan remaja bully mengerti bahwa perilaku merekalah
yang tidak disukai,
bukan mereka
·
Yakinkan bully bahwa anda bersedia membantu mereka dan anda akan bekerja dengan mereka untuk menemukan cara untuk mengubah
perilaku mereka yang tidak dapat
diterima
·
Bantu pelaku bully untuk menebus
kesalahan pada korbannya. Jelaskan bagaimana cara meminta maaf karena telah membuat orang lain menderita dan bantu bully
untuk menjelaskan alasan perbuatannya.
·
Berikan banyak pujian serta dukungan dan pastikan anda mengatakan pada pelaku bully ketika
mereka berperilaku baik dan berhasil
mengatur emosi dan perasaannya.
Bersiap untuk mengkonfrontasi pelaku bully ketika mereka mulai membuat alasan atas perbuatannya seperti ‘itu cuma bercanda’ atau ‘dia yang salah’. Jelaskan bahwa lelucon tidak menyebabkan kesulitan dan ancaman.
0 komentar:
Posting Komentar