Alamat : Jln. Pertabatan Rt 03/ Rw 02 Sidareja - Kab. Cilacap - Jawa Tengah Telp. (0280) 524191 E-mail : smpit_bik@yahoo.co.id

Gedung SMPIT BIK Sidareja

SMP IT sedang dalam tahap pengembangan pembangunan

Kegiatan Perkemahan Pramuka SIT

Perkemahan Pelantikan Pramuka Penggalang Ramu dan Rakit di Karangnini-Pangandaran

Kegiatan Olimpiade Mata Pelajaran

Olimpiade mata pelajaran diselenggrakan sebagai ajang peningkatan prestasi siswa

Kegiatan Upacara Bendera

Upacara Bendera melatih kedisiplinan siswa

Peraih Lomba Siswa Berprestasi

SMP IT Meraih peringkat tiga lomba siswa berprestasi tingkat kabupaten


............. SEKARANG MENDAFTAR SMP IT BIK SIDAREJA BISA LEBIH MUDAH MELALUI PENDAFTARAN ONLINE............

Jumat, 02 Desember 2022

Penggunaan Gadget Dan Penurunan Konsentrasi Belajar Pada Anak Usia Sekolah

 

Oleh: Nadzifatun Nisa, S.Pd.

Gadget merupakan barang canggih yang diciptakan dengan berbagai aplikasi yang dapat menyajikan berbagai media berita, jejaring sosial bahkan hiburan. Penggunaan gadget yang berlebihan pada anak usia sekolah terkadang sering menimbulkan masalah pada proses belajar. penggunaan gadget berdampak pada penurunan konsentrasi pada anak dan dapat memberikan dampak negative terhadap tumbuh kembang anak yang akan mengakibatkan anak susah diajak berkomunikasi, kurangnya respon pada saat orang tua mengajak berbicara dan saat di sekolah anak kurang aktif dalam mengikuti pelajaran.

Konsentrasi belajar adalah terpusatnya perhatian siswa pada proses pembelajaran yang berlangsung tanpa melakukan hal-hal lain. Menurut Dimyati dan   Mudjiono,   Konsentrasi   belajar    merupakan   kemampuan   memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya Jika seorang siswa tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar, bisa jadi ia tidak dapat menikmati proses belajar yang dilakukannya. Hal ini bisa saja dikarenakan mata pelajaran yang dipelajari dianggap sulit sehingga tidak dapat menyukai pelajaran tersebut, guru yang menyampaikan tidak disukai karena beberapa alasan, suasana dan tempat tidak menyenangkan, atau bahkan cara penyampaiannya membosankan.

Penurunan konsentrasi pada anak dapat memberikan dampak negatif terhadap tumbuh kembang anak yang akan mengakibatkan anak susah diajak berkomunikasi, kurangnya respon pada saat orang tua mengajak berbicara dan saat disekolah anak kurang aktif dalam mengikuti pelajaran. Hal ini disebabkan karena anak terbiasa menggunakan gadget untuk mengisi kegiatan, sumber penghiburan bahkan gadget menjadi teman setiannya, sehingga mereka tidak tahan jika harus berpisah lama dengan gadgetnya. (Wijarnako, 2017).

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar adalah motivasi. Adanya motivasi siswa akan belajar lebih keras, ulet, tekun dan memiliki konsentrasi penuh dalam proses belajar. Motivasi belajar pada dasarnya adalah suatu usaha yang didasari untuk menggerakkan, menerahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Motivasi yang tinggi dalam belajar akan mempengaruhi hasil belajar siswa, artinya semakin tinggi motivasi siswa dalam belajar, semakin tinggi pula upaya dan usaha yang dilakukan, maka semakin tinggi hasil belajar yang diperolehnya.

Sudut pandang ilmu kesehatan jiwa, penggunaan gadget untuk usia dini sangat tidak di sarankan karena dapat menggangu proses tumbuh kembangnya secara alami. Penggunaan gadget yang berlebihan pada siswa terkadang sering menimbulkan masalah (Hasanah & Kumalasari, 2015)pada proses belajar. (Saroinsong, 2016) Penggunaan gadget berdampak merugikan pada keterampilan interpersonal anak jika terlalu sering digunakan. Pengaruh handphone terhadap prestasi belajar siswa yang lain adalah siswa menjadi lebih mengandalkan handphone daripada harus belajar (Harfiyanto, Cahyo, & Tjaturahono, 2015).

Dengan adanya permasalahan penurunan konsentrasi belajar siswa yang disebabkan oleh gadget maka Intansi pendidikan terutama bagi guru ini dapat menjadi masukan untuk meninjau kembali dan memperhatikan konsentrasi belajar para muridnya terutama yang menggunkan gadget.

Share:

Perilaku Mencontek di SMP


Oleh: Nadzifatun Nisa, S.Pd.

Sering kali perilaku mencotek  di anggap benar oleh siswa-siswi, karena kejujuran tidak berarti dibanding dengan nilai yang tinggi , jadi siswa dan siswi akan melakukan segala cara agar nilai mereka tinggi. Orang tua juga akan memarahi jika nilai anak rendah sehingga anak akan berbuat curang agar nilai mereka tinggi. Dengan adanya masalah ini maka system Pendidikan, pola pikir anak bangsa harus di koreksi Kembali.

Perilaku menyontek disebabkan oleh beberapa hal yaitu tingkat efikasi diri yang rendah. Jannah (dalam Myers, 2005) bahwa efikasi  diri sangat berperan penting dalam diri siswa. Siswa dengan efikasi diri yang tinggi akan  memperlihatkan sikap yang lebih gigih, tidak cemas dan tidak mengalami tekanan dalam menghadapi masalah, dan siswa yang memiliki tingkat efikasi diri yang rendah akan  memperlihatkan situasi sebaliknya.

Perilaku menyontek merupakan suatu perbuatan atau cara-cara yang tidak jujur, curang, dan menghalalkan segala macam cara yang dilakukan seseorang untuk mencapai nilai yang terbaik dalam menyelesaikan tugas terutama pada ulangan atau ujian. (Hartanto, 2012:10) Menyontek atau ngepek menurut Kamus Besar Indonesia adalah mencontoh, meniru atau mengutip tulisan.

Menurut (Gerdeman, 2000:2) menyebutkan bahwa 4 faktor yang berhubungan dengan perilaku ketidakjujuran pelajar (dishonest student behavior) yaitu :Karakteristik individual (individual characteristics), Pengaruh teman sebaya, Pengaruh bimbingan, Kebijaksanaan institusi.

Terkait dengan dampak negatif siswa menyontek peneliti juga menggunakan indikator sebagi acuan dalam penelitian ini. Dampak negatif siswa menyontek menggunakan indiktor: 1) malas belajar, 2) biasa berbohong, 3) menghalalkan segala cara, 4) menular, 5) tidak percaya diri.

Adapun cara mengatasi perilaku mencontek yang pertama meningkatkan semangat belajar kepada anak, meningkatkan rasa percaya diri anak, apresiasi usaha anak, jangan hanya fokus terhadap hasil dan jangan pernah membanding-bandingkan antar anak.

Share:

Perilaku Bullying Pada Remaja Sekolah Menengah Pertama (SMP)

 


Oleh: Nadzifatun Nisa, S.Pd.

Bullying merupakan masalah yang terjadi di hampir setiap jenjang Pendidikan baik itu di sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah atas bahkan di perguruan tinggi sekali pun, penyebab dari bullying ini bisa terjadi karna status sosial, ekonomi ataupun Ras dan budaya. Disetiap instansi pendidikan hendaknya mengetahui keberadaan dan dampak bullying serta berusaha mencegah hal tersebut terjadi. Apabila kejadian bullying didiamkan atau masih terjadi, siswa akan rentan mengalami Tindakan bullying baik itu secara verbal ataupun non verbal dan akibatnya secara psikologis siswa dapat mengalami stress dan tidak berani bergaul dengan teman-teman yang lain.

Menurut Wiyani (2012:20) Bullying adalah suatu bentuk kekerasan anak (child abuse) yang dilakukan oleh teman sebaya kepada seseorang (anak) yang lebih “rendah” atau lebih lemah untuk mendapatkan keuntungan atau kepuasan tertentu. Sehingga pelaku bullying senang untuk melalukan bully kepada teman-temannya untuk mendapatkan kepuasan atau keuntungan dari mereka. Sedangkan korban bullying disini Menurut Rigby dan Muis (2009:51) korban bullying adalah sasaran penindasan atau yang lebih dikenal dengan istilah victims.

Dampak yang diakibatkan oleh tindakan ini pun sangat luas cakupannya. Remaja yang menjadi korban bullying lebih berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Adapun masalah yang lebih mungkin diderita anak-anak yang menjadi korban bullying, antara lain munculnya berbagai masalah mental seperti depresi, kegelisahan dan masalah tidur yang mungkin akan terbawa hingga dewasa, keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut dan ketegangan otot, rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah, dan penurunan semangat belajar dan prestasi akademis.

Faktor Penyebab terjadinya Bullying Menurut Ariesto (2009), faktor-faktor penyebab terjadinya bullying antara lain: (1) Keluarga Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah : orang tua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh  stress, agresi, dan permusuhan. (2) Sekolah Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini. (3) Faktor Kelompok Sebaya, Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. (4) Kondisi lingkungan sosialKondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya perilaku bullying. (5) Tayangan televisi dan media cetak Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari segi tayangan yang mereka tampilkan.

Faktor lain yang merupakan faktor dominan yang merubah seseorang menjadi bully adalah kelompok bermain remaja. Faktor ini merupakan faktor yang muncul dan diadapsi ketika seorang individu tumbuh dan menjadi seorang remaja. Ketika remaja tidak memiliki pedoman dalam memilih kelompok bermain, remaja bisa jadi masuk ke dalam kelompok bermain yang mengarah pada kegiatan-kegiatan kenakalan remaja. Remaja merupakan individu dengan fase perkembangan psikologis di mana ia sangat membutuhkan pengakuan eksistensi diri. Kelompok bermain remaja yang menyimpang bisa jadi mencari pengakuan eksistensi diri dari menindas orang yang dirasa lebih lemah agar dia memiliki pengakuan dari lingkungannya   bahwa ia memiliki keberanian dan kekuasaan.

Berikut adalah hal-hal yang bisa dilakukan oleh  kita sebagai pekerja sosial dengan remaja yang  berperan sebagai konselor bagi remaja pelaku  bullying (Lee, 2010).

·        Bicaralah dengan bully dan cobalah cari tahu mengapa mereka merasa perlu berperilaku seperti itu.

·        Cari tahu apa yang mengganggu mereka atau apa yang memicu tingkah laku tersebut

·        Pastikan remaja bully mengerti bahwa perilaku merekalah yang tidak disukai, bukan mereka

·        Yakinkan bully bahwa anda bersedia                           membantu mereka dan anda akan bekerja  dengan mereka untuk menemukan cara untuk mengubah perilaku mereka yang                      tidak dapat diterima

·        Bantu pelaku bully untuk menebus kesalahan pada korbannya. Jelaskan bagaimana cara  meminta maaf karena telah membuat orang lain menderita dan bantu bully untuk      menjelaskan alasan perbuatannya.

·        Berikan banyak pujian serta dukungan dan pastikan anda mengatakan  pada pelaku bully ketika mereka berperilaku baik dan berhasil mengatur emosi dan  perasaannya.

Bersiap untuk mengkonfrontasi pelaku bully ketika mereka mulai membuat alasan atas         perbuatannya seperti ‘itu cuma bercanda’ atau ‘dia yang salah’. Jelaskan bahwa lelucon tidak menyebabkan kesulitan dan ancaman.

Share:

Kepala Sekolah

Kepala Sekolah
Heri Apriyanto, S.Pd.

Visi dan Misi

VISI :

BERKARAKTER KUAT DAN UNGGUL
MISI :

1. Menanamkan nilai luhur Islam dalam interaksi di sekolah dan masyarakat.

2. Menanamkan sikap kepemimpinan pada diri peserta didik.

3. Melaksanakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, menyenangkan dan religius.

4. Membentuk lulusan yang cerdas, kompetitif dan berakhlak mulia.

5. Menciptakan lingkungan yang bersih, nyaman dan hijau.

Lokasi Sekolah

Lokasi Sekolah
Klik untuk melihat lebih besar